Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI).
DUNIAENERGI.COM – Jika dilihat pertamina itu punya utang 800 T lalu harus bayar bunga sebesar 7,5 % rata rata, berarti pertamina harus bayar tiap tahun 60 T rupiah. Ini aja membuat tensi pertamina naik.
Mungkin ini alasan mengapa secara terburu buru mau membuat manajemen resiko di seluruh sub holding. Ini tensi resiko berkaitan dengan masalah uang.
Mengapa? Karena untung Pertamina tidak sampai segitu. Untuk bayar utang tentu dia perlu utang baru, atau perlu uang.
Baca Juga:
Jatuhnya Harga Saham dan Nasib Target Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Sebesar 8 Persen
PLN Proyeksikan Peningkatan Trasaksi SPKLU Menjadi Sebesar 70.000 Transaksi pada Lebaran 2025
Bisa minta juga ke negara tapi dengan berbagai alasan, atau mencari utang dan investor.
Tapi semua orang tahu Pertamina beroperasi lebih besar pasak dari pada tiang.
Baca artikel lainnya, di sini: OJK dan Kemnaker RI Satukan Langkah: Prakonvensi RSKKNI Bidang Jasa Keuangan di Bandung
Jadi gak berani lagi swasta utangin karena kuatir Pertamina tidak bisa bayar atau menunda pembayaran dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Baca Juga:
KPK Periksa Mantan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati Sebagai Saksi, Kasus Jual Beli Gas
25 Perusahaan Besar dengan Aset di atas Rp250 Miliar dalam Antrean IPO, Termasuk 3 Perusahaan Energi
Lalu setelah itu terjadi kebakaran Kilang Balikpapan disaat Pertamina sedang terjerat utang. Ini resiko non uang yang berimplikasi terhadap keuangan dengan cepat.
Baca artikel lainnya, di sini: BRI Menanam Grow & Green Bantu Jaga Ekosistem Laut dan Kembangkan Potensi Wisata Daerah
Sebab walaupun kebakaran kilang bisa diatasi, namun ke depannya masih ada masalah.
Kepercayaan investor menurun, resiko meningkat lagi, utang murah sulit didapatkan, bahkan mungkin tak akan ada yang berani utangin.
Baca Juga:
32 Orang Luka, Kapal Kargo Tabrak Kapal Tanker BBM Jet Militer Amerika Serikat di Pantai Inggris
Nah kalau Pertamina tidak dapat utang berarti tensi naik lagi. Uang cash terbatas maka akan ada yang dikorbankan termasuk keamanan fasilitas vital. Karena semua perlu uang.
Uang segalanya dalam urusan pertamina dan minyak ini. Kalau uang kurang maka aset vital akan jadi korban.
Atau aset vital yang kondisinya membahayakan dijadikan alasan minta uang pada negara. Begitu boleh juga.
Jadi usaha manajemen pertamina sekarang harus fokus dalam memonitor tensi darah Pertamina secara lebih intensif.
Selain itu harus mengerahkan sumber daya lebih banyak untuk menjaga fasilitas vital Pertamina.
Sebab bisa jadi kebakaran akan terus terulang dan kita tau sudah terulang berkali kali.
Seluruh kilang minyak utama Pertamina telah terbakar dalam 5 tahun terakhir.
Kilang Cilacap dan Kilang Balikpapan sudah berkali kali kebakaran hebat.
Kilang balongan dampaknya membuat ribuan orang mengungsi dari tempat tinggal mereka.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Harianinvestor.com dan Mediaemiten.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media ekonomi & bisnis lainnya, dapat menghubungi Rilisbisnis.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai perkembangan dunia politik, hukum, dan nasional melalui Hello.id
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.