DUNIAENERGI.COM – Sejak penetapan beleid pelarangan ekspor bijih nikel pada awal tahun 2020, Indonesia banyak mendapat penentangan.
Sekaligus rayuan dari negara lain untuk membatalkan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel.
Rayuan dan penentangan itu datang karena bijih nikel termasuk dalam kategori mineral kritis yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama untuk transisi energi,
Dikutip Tambangpost.com, Indonesia memiliki cadangan nikel nomor satu terbesar dunia dengan persentase mencapai 42,1 persen.
Baca Juga:
Prabowo Subianto akan Bertemu dengan Raja Charles III, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer
Cari Solusi Bersama untuk Tantangan Global, Pabowo Subianto dan Pemimpin 4 Negara MIKTA Bersepakat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan hal itu dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Lebih lanjut, ia menyampaikan salah satu penentangan yang didapat dari Indonesia yakni dispute (sengketa) di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Serta rayuan yang sering dirinya dapatkan ketika menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membuka kembali keran ekspor bijih nikel.
“Nikel ini sekarang sudah masuk dalam kategori critical mineral dan dia bagian dari bahan baku untuk menuju kepada green energy, salah satu di antaranya adalah mobil listrik,” kata Bahlil
Baca Juga:
Disampaikannya, dalam pengembangan mobil listrik, nikel digunakan sebagai komponen primer pembuatan baterai kendaraan listrik.
Dengan komposisi yaitu 80 persen nikel, 15 persen cobalt, dan 5 persen alumunium.
Sehingga menurut dia, Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki kapabilitas untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.
“Untuk membangun ekosistem baterai mobil di dunia yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, dari mining.”
Baca Juga:
Pertumbuhan Kredit UMKM pada September 2024 Cenderung Melambat Dibandingkan Tahun Sebelumnya
Tercatat di Kementerian ESDM, Ada Sebanyak 4.634 Izin Usaha Petambangan Mineral dan Batu Bara
“Smelter, ekspor, prekursor, katoda, baterai sel, sampai mobil sampai recycle itu cuma ada di Republik Indonesia, tidak ada di negara lain,” kata dia.
Selain itu Bahlil mengatakan beleid ini membawa manfaat besar bagi pemajuan ekonomi nasional.
Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan nilai ekspor bijih nikel pada tahun 2014 yang hanya sebesar 2,9 miliar dolar AS, dan memiliki perbandingan dengan nilai ekspor produk turunan nikel pada tahun 2023 yang mencapai 34,4 miliar dolar AS.
Oleh karena itu dikatakan Bahlil, pihaknya memberikan target untuk ekspor turunan nikel pada tahun ini dengan nilai mencapai 40 miliar dolar AS.
“Kita memberikan target untuk ekspor di 2024 kurang lebih sekitar hampir 40 miliar dolar AS, dan untuk komoditas daripada turunan hilirisasi nikel kita sudah menjadi terbesar di pasar dunia,” kata dia.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infoekbis.com dan Pangannews.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Bogorterkini.com dan Hallopresiden.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.