Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
DUNIAENERGI.COM – Publik ramai sudah tau bahwa Pertamina memang menghadapi resiko keuangan yang tidak ringan bahkan cenderung berat.
Terutama sekali berasal dari utang Pertamina yang sekarang mencapai 809 triliun rupiah, peringkat sebagian utang pertamina sudah menurun.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Hijau dari Jawa, Bergema di Auckland: Pertamina Raih Green World Awards 2025 for Environmental

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ada beberapa hal yang membuat pertamina akan menghadapi risiko keuangan diantaranya ;
1. Banyaknya proyek proyek Pertamina yang dibiayai dengan utang dalam mata uang asing terutama global bond.
2. Adanya depresiasi mata uang rupiah dan stabilitas harga minyak mentah yang kurang terprediksi dengan baik.
Baca Juga:
Soal Bersaing dengan Pendanaan Bank Multilateral, Skema Pendanaan JETP Indonesia Dinilai Belum Mampu
CSA Index Naik Drastis Jadi 73,3, Pelaku Pasar Semakin Percaya Diri Sambut Semester II
Inilah Momen Bill Gates Beri Hadiah untuk Bobby Kertanegara, Kucing Milik Presiden Prabowo Subianto
3. Ada masalah geopolitik seperti perang Rusia Ukraina yang menggangu proyek strategis seperti proyek kilang Tuban dll.
Namun keputusan membentuk direktorat menanjemen resiko harus dipersiapkan secara matang dan jangan terburu buru.
Karena ini adalah direktorat strategis.
Bayangkan nanti semua orang harus melapor dan seijin direktur risiko jika mengambil utang, merencanakan proyek, pelaksanaannya dan evaluasi proyeknya.
Baca Juga:
Insiden Blackout PLN di Bali, Cikarang, dan Bekasi, BUMN Care Dorong Lakukan Evaluasi Serius
Catat Laba Bersih 3,8 Juta Dolar AS, Perusahaan Jasa Pertambangan Batu Bara PT Samindo Resources Tbk
Ini tentu sudah mengambil separuh peran direktur utama.
Selain itu direktorat risiko akan merekrut ratusan orang untuk seluruh holding sub holding.
Yang akan menjabat sebagai Dirut, Wadirut, Dewan Komisaris, Komisaris, dan jabatan tinggi lainnya dalam direktorat tersebut.
Ini tentu harus diseleksi dengan cermat agar nanti lembaga ini mempuni.
Selain itu juga direktorat baru pasti memerlukan dana yang besar karena adanya jabatan tinggi baru dan fasilitas lainnya dalam jabatan tersebut.
Semuanya harus direncanakan dengan baik.
Aspek politik yang juga harus diperhitungkan adalah pemerintahan sedang dalam transisi.
Prabowo-Gibran Presiden dan Wakil Presiden terpilih pasti memperhatikan dengan cermat perkembangan Pertamina.
Karena Pertamina memiliki ikatan sangat kuat dengan APBN yakni subsidi dan kompensasi yang mendekati 500 an triliun.
Jadi jika direktorat ini benar dibentuk nantinya, tentu saja Prabowo Gibran akan memberikan perhatian.
Sebab ini sangat berkaitan dengan ketahanan energi, ketahanan nasional, ketahanan APBN dan keselamatan rakyat ke depan.
Jadi ojo kesusu, ini harus alon alon alon asal kelakon dan menunggu petunjuk.***
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.