DUNIAENERGI.COM – Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev mengumumkan pada Senin (27/5/2024) bahwa Rusia akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berskala kecil di Uzbekistan.
Proyek tersebut merupakan PLTN pertama di Asia Tengah pasca-Soviet.
Pernyataan itu disampaikan dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang sedang melakukan kunjungan resminya ke negara tersebut.
Jika kesepakatan nuklir tersebut berhasil terealisasi, kemampuan Rusia akan meningkat karena tidak hanya mengekspor energi, tetapi juga dalam produk teknologi tinggi ke pasar-pasar baru di Asia.
Baca Juga:
Hal itu terjadi di tengah meningkatnya tekanan dan sanksi dari negara-negara Barat terhadap Rusia.
Putin mengatakan bahwa Rusia akan menggelontorkan $400 juta ke dalam dana investasi bersama yang diperkirakan mencapai $500 juta untuk membiayai proyek-proyek di Uzbekistan.
Baca artikel lainnya di sini : Prabowo – Gibran Disambut Jajaran Petinggi Pemerintahan UEA, Penuhi Undangan Mohamed bin Zayed
Mirziyoyev juga menyatakan minat mereka untuk membeli lebih banyak minyak dan gas dari Rusia.
Baca Juga:
Pastikan Penyaluran LPG 3 Kg Aman, Menko Pangan dan Mendag Tinjau Sub Pangkalan di Klender,
Kejagung Ungkap Peran tersangka ASB Selaku Direktur Utama PT Kebun Tebu Mas, Kasus Importasi Gula
Soal Kondisi Pasokan Pangan Jelang Ramadhan 1446 Hijriah, Mentan Andi Amran Sulaiman Beri Penjelasan
Suatu perubahan dari praktik yang berlangsung puluhan tahun di mana selama ini Moskow mengimpor hidrokarbon dari Asia Tengah.
Baca artikel lainnya di sini : Penjelasan Istana Soal Presiden Jokowi yang Dipastikan Tak Hadir di Rakernas PDI Perjuangan
Presiden Uzbekistan menggambarkan kunjungan Putin sebagai sesuatu yang “bersejarah.”
“Ini menandai dimulainya era baru dalam kemitraan strategis komprehensif dan hubungan aliansi antar negara kita,” katanya.
Baca Juga:
Kasus Penambangan Emas Ilegal, ESDM Ajukan Kasasi ke MA atas Vonis Bebas PN Pontianak Warga Tiongkok
Presiden Prabowo Ajak Kerja Sama Perpadi, Daripada Opsi Penggilingan Padi Dilakukan BUMN atau Bulog
Putin juga menyebut Tashkent merupakan “mitra strategis dan sekutu yang dapat diandalkan” bagi Moskow.
Menurut dokumen yang dirilis oleh Kremlin, perusahaan nuklir Rusia, Rosatom, akan membangun hingga enam reaktor nuklir dengan kapasitas masing-masing sebesar 55 megawatt di Uzbekistan.
Proyek ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang disepakati pada 2018, yaitu sebesar 2,4 gigawatt, yang masih harus diselesaikan.
Di lima negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah, tidak ada PLTN satu pun, meskipun Uzbekistan dan tetangganya Kazakhstan, telah lama menyatakan bahwa negara-negara yang sedang berkembang memerlukan PLTN.
Dikutip dari VOA Indonesia, Uzbekistan dan Kazakhstan adalah negara produsen uranium.
Namun proyek Kazakh baru dapat dilanjutkan setelah referendum nasional yang belum dijadwalkan.
“Hampir semua negara terkemuka di dunia menjamin keamanan energi dan pembangunan berkelanjutan dengan bantuan energi nuklir,” kata Mirziyoyev.
Uzbekistan pada Oktober mulai mengimpor gas alam dari Rusia melalui pipa yang sebelumnya digunakan untuk mengalirkan gas ke arah sebaliknya.
Hal itu dilakukan menyusul adanya upaya Rusia untuk mengalihkan ekspor gasnya ke Asia akibat perselisihan dengan Barat terkait Ukraina.
Walaupun Uzbekistan masih mempertahankan produksi gas yang besar, sekitar 50 miliar meter kubik per tahun.
Tetapi negara itu mengalami kesulitan dalam memenuhi sepenuhnya permintaan domestik.
Pasokan dari Rusia sangat membantu negara itu terhindar dari krisis energi.
“Ekspor (gas) berjalan jauh lebih cepat dari jadwal dan kami siap meningkatkan volumenya jika diperlukan,” kata Putin.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Menurut Mirziyoyev, Tashkent juga ingin meningkatkan impor minyak Rusia.
Kedua pemimpin juga mengatakan pemerintah mereka sedang mengerjakan proyek-proyek besar di bidang pertambangan, logam, dan bahan kimia.
Uzbekistan, yang ekonominya sangat tergantung pada devisa dari pekerja migran yang bekerja di Rusia, memilih tetap menjalin hubungan dekat dengan Moskow meskipun Rusia menginvasi Ukraina pada 2022.
Namun, Mirziyoyev dan pemimpin lain di wilayah tersebut tidak pernah mengungkapkan dukungan terhadap apa yang disebut Kremlin sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Semua negara di kawasan tersebut juga berkolaborasi dengan Barat dalam sejumlah proyek, seperti rute pengiriman kargo yang dirancang untuk menghindari Rusia.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Ekbisindonesia.com dan Infomaritim.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media ekonomi & bisnis lainnya, dapat menghubungi Rilisbisnis.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai perkembangan dunia politik, hukum, dan nasional melalui Hello.id